Home HEALTH Janagan Sepelekan Gejala Flu, Mungkin Bisa Jadi Glioblastoma – Indopos

Janagan Sepelekan Gejala Flu, Mungkin Bisa Jadi Glioblastoma – Indopos

by admin2 admin2
16 views
Janagan Sepelekan Gejala Flu, Mungkin Bisa Jadi Glioblastoma – Indopos

indopos.co.id – Kanker otak ramai diperbincangkan sejak penyakit ini menyerang aktor sekaligus penyanyi Agung Hercules. Menurut Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi Jakarta Dr dr Made Agus M Inggas, Sp.BS, kanker otak termasuk salah satu kanker paling ganas, yang penyebarannya sangat cepat.

Dia menjelaskan, secara umum, kanker otak terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. ”Kanker otak primer adalah kanker yang selnya berasal dari otak,” ujarnya.

Kanker otak primer bisa menyebar ke bagian otak lain, tapi hampir tidak pernah menyebar ke bagian tubuh lain. Adapun kanker otak sekunder, sel kankernya berasal dari luar otak (organ tubuh lain), yang menyebar ke otak. 

Pada orang usia 60 tahun ke atas, kanker otak umumnya langsung muncul pada grade 4. Ini bisa terjadi karena mutasi yang terjadi terlalu banyak dan berat.

Sedangkan pada anak-anak atau dewasa muda biasanya kanker terjadi secara bertahap. Diawali dari grade 2, berkembang jadi grade 3, lalu menjadi grade 4. 

Secara teori, harapan hidup pasien glioblastoma dengan pengobatan lengkap yaki dua tahun. ”Tapi tidak bisa digeneralisir. Banyak juga yang bisa bertahan sampai lebih dari lima tahun,” imbuhnya. 

Gejala kanker otak sering kali sulit dikenali. ”Kadang bisa menyerupai gejala maag, flu, sakit kepala, mual dan muntah,” sebutnya.

Sakit kepalanya pun tidak khas, dan sangat bervariasi. Ada yang seperti migrain, ada yang seperti vertigo, ada pula yang hanya muncul di pagi hari.

Namun, seseorang perlu waspada bila sakit kepala terus menerus, sulit disembuhkan, dan makin progresif. “Misalnya sekarang sakit kepala, lalu minum obat. Besoknya sakit lagi, dan obat seperti kemarin tidak mempan lagi, itu berarti progresif. Tandanya ada sesuatu di otak,” lanjutnya.

Selain gejala umum yang tidak khas, ada pula gejala lain, sesuai dengan lokasi kankernya. Bila kanker tumbuh di pusat bicara maka gejalanya mungkin kesulitan/tidak bisa bicara. 

Bila yang terjangkit adalah bagian asosiasi, maka penderita tetap bisa bicara, tapi mungkin tidak nyambung. Gangguan fungsi seperti contoh di atas muncul bila kanker tumbuh di bagian otak besar. 

Bila kanker ada di otak kecil, biasanya gejala berupa vertigo. Sedangkan bila tumor ada di batang otak, umumnya ada penurunan kesadaran. 

”Batang otak hanya seukuran ibu jari orang dewasa. Bila ada kanker di sana, langsung muncul gangguan,” bebernya.

Dia menyarankan, agar melakukan pemeriksaan MRI, bersamaan dengan medical check up rutin. Sehingga kanker otak bisa dideteksi secara dini, dan segera dilakukan pengobatan. 

Dengan demikian, angka keberhasilan pengobatan akan lebih tinggi. Menurut dia, angka harapan hidup atau kesintasan (survival rate) pasien kanker otak kini semakin baik. 

”Perkembangan teknologi makin maju, termasuk di Indonesia. Pengobatan di Indonesia sama dengan standar internasional. Angka survival kita sama dengan pusat-pusat kanker lain karena sudah punya modalitas yang sama dengan yang ada di negara lain,” tuturnya.

Rangkaian pengobatan kanker otak mulai dari operasi, radioterapi, hingga kemoterapi, sudah ditanggung BPJS. Sayangnya, temozolamide khusus untuk kanker otak grade 4. 

”Kabar baiknya, tahun depan untuk kanker grade 3 pun ditanggung BPJS,” ujarnya. Seperti obat kemo lainnya, temozolamide ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa. 

Namun perlu digarisbawahi, definisi sembuh dalam kanker otak bukan berarti kankernya hilang sama sekali. ”Secara medis, pasien disebut sembuh bila tidak lagi merasakan gejala, kankernya terkontrol dengan baik, dan kondisinya stabil. Itu sudah dianggap sembuh, meski kanker tidak sepenuhnya hilang,” katanya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Bedah Saraf dari RS Kanker Dharmais Muhammad Firdaus, SpBS (K), IFAANS mengatakan, hingga saat ini penyebab tumor otak belum dapat dipastikan. Namun faktor risiko seperti paparan radiasi, paparan zat kimia, dan polusi dapat meningkatkan risiko terkena tumor.

Ditambahkannya, prognosis pasien jika sudah stadium 4, suvival rate stadium 4 untuk 5 tahun adalah berkisar 8-20 persen apabila seluruh pengobatan dilakukan seperti operasi, radiasi dan kemoterapi. Dia mengakui, memang tumor otak ganas sel glia ini atau gliblastoma lebih banyak terkena pada laki-laki dari pada perempuan.

“Laki-laki 2x lebih tinggi prevalensinya. Penyebabnya belum ada yang signifikan, namun penelitian terakhir menyatakan sel-sel anti cancer pada laki-laki lebih sedikit dibanding wanita,” tutupnya. (dew)

Read More

You may also like

Leave a Comment