SUBANG – Beritaaktuslnews. Com -Warga Kampung Cilandesan Desa Pakuhaji Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang resah akibat maraknya masyarakat setempat terjangkit gejala demam berdarah (DBD). Kurang dari satu minggu dua warga kampung Cilandesan meninggal dunia diduga akibat DBD.
Berdasarkan pantauan bahwa warga masyarakat yang terserang demam berdarah hingga meninggsl dunia yaitu Usin (65) asal Kampung Cilandesan RT 03 RW 01 meninggal karena positif DBD di Rumah Sakit Pakuon Sumedang, sedangkan Anisa Nur Fadilah (16) warga Kampung Cilandesan RtT 02 RW 01 meninggal diduga DBD, di Rumah Sakit Ciereng Subang, dan warga yang masih dirawat sebagai berikut Karisma Wati (20) Kampung Cilandesan RT 02 RW 01 dirawat di Rumah Sakit Ciereng Subang, Eet (48) warga Kampung Cilandesan RT 02 RW 01, Witri (17) warga Kampung Cilandesan RT 03 RW 01 dirawat di Klinik Tanjungsiang.
Menurut keluarga almarhum Usin (65) kepada Beritaaktuslnews. Com, Sabtu ( 29/6/2019) mengatskan, dengan kejadian tersebut membuat masyarakat Kampung Cilandesa Desa Pakuhsji Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang resah.
“Kami berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Subang segera dilakukan pemogingan, namun hingga saat ini Pemerintah Desa dan Kecanatsn belum melskuksn poging.
Padahal kami dengan masyarakat ysng lain sudah melaporkan peristiwa tersebut ke pihak desa, dan pemogingan harus segera dilakukan”, kata Usin
Sementara itu Kepala Desa Pakuhaji Sokayana membenarkan kejadian tersebut, dan warganya meninggal dunia akibat demam berdarah
” Desa Pakuhaji telah menerima laporan dari warga kampung Cilandesan pada hari rabu tanggal 26 Juni 2019. Isinya masyarakat meminta pengandaan foging, karena masyarakat merasa was- was dengan kejadian tersebut.
Untuk tindak lanjut,Pemdes langsung melaporkan ke pihak puskesmas untuk meminta melakukan foging. Dan tembusan ke pihak kecamatan, namun pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Subang tidak ada perjatian untuk melakukan poging dengan alasan tidak ada anggaran untuk pemogingan, dan hasil pengecekan puksesmas tidak positif, selanjutnya bisa asal dibayar warga karena obatnya mahal. Kami dari pihak Desa berharap, kedepan harus dianggarkan untuk sosialiasi soal kesehatan lingkungan secara berkelanjutan,” ujar Kepala Desa Pakuhaji Sokayana ( bds)